WHAT'S NEW?
Loading...

CATATAN TENTANG MAKNA TAHUN BARU HIJRIAH (Islam untuk Siapa?)

Banyak kejadian dalam sejarah perjalanan hidup Rasulullah yang lalu diperingati oleh umatnya. Memperingati kejadian-kejadian itu tentu tidak dimaksud untuk memberi hari/kesempatan buat umat berpesta-ria, menghamburkan harta mengumbar kesenangan duniawi, bahkan dalam merayakan Iedul Fithrie-Iedul Adha pun ada makna yang lebih bermanfaat bagi kehidupan umat.

Peringatan hari besar Islam seharusnya memang untuk merenungkan dan lebih memahami nilai esensi kejadian dalam sejarah Nabi agar bisa menjadi pelajaran dan diikuti oleh kaum muslimin. Kejadian awal turunnya al Qur’an (Nuzulul Qur’an) misalnya tentu mengingatkan umat untuk selalu hidup sesuai dengan isi kandungannya. Peristiwa Isra’-mi’raj untuk menyadarkan manusia bahwa dunia ini tidak hanya berdimensi sahadah (empiris) tapi juga berdimensi ghoib (non-empiris) sehingga kita juga harus menyiapkan diri untuk hidup di kedua alam itu sejalan dengan ajaran Islam.

Nah, bagaimana makna esensial tentang peristiwa 1 Muharam, peristiwa hijrahnya Rasulullah dari Mekah ke Madinah? Mengapa pula justru kejadian itu yang dipakai sebagai penanda adanya tahun baru Islam, bukan hari lahir atau wafatnya nabi, atau saat-saat nabi diboikot secara sosial-ekonomi oleh musuh Islam sampai harus makan dari dedaunan, atau perjalanan nabi ke Thoif di mana beliau dihinakan dan disakiti secara fisik sampai berdarah-darah oleh kaum kafir di sana?

Mari kini kita simak bersama mengapa peristiwa hijrahnya Nabi tersebut dinilai begitu luar biasa sehingga dijadikan penanda tahun baru Islam. Apa gerangan dampak besar yang terjadi oleh peristiwa itu?

Ternyata jawabnya amat jelas: “Hijrahnya Nabi itulah yang menjadi awal Perubahan Sosial-Politik besar dalam kehidupan masyarakat”. Sebelum peristiwa hijrah, Nabi baru mengajar manusia tentang bagaimana agama Islam menuntun dalam permasalahan kehidupan spiritual-ritual-akhlak pribadi. Setelah hijrah, Nabi mengajar manusia tentang bagaimana tuntunan agama Islam itu mengelola masyarakat sebagai suatu satuan bangsa-negara.

Ternyata perbedaan dalam skala mengajarkan dan mempraktekkan ajaran Islam tersebut berdampak maha besar! Dampak perluasan praktek pengetrapan tuntunan agama Islam di atas amatlah nyata, baik kuantittatif maupun kualitatif. Sebelum hijrah, praktek tuntunan Islam hanya berdimensi spritual-ritual-akhlak selama 13 tahun diajarkan oleh nabi di Mekah, nabi hanya berhasil menyelamatkan sekitar 300 orang saja dari kepercayaan kafir ke kesadaran Islam, sedangkan kondisi sosial kemasyarakatan di sana tetap rusak, penuh dengan eksploitasi ekonomi, pelecehan bahkan perkosaan terhadap wanita merajalela, perbudakan manusia amat luar biasa, begitu pula kekerasan dan kejahatan pada bayi-anak, kriminalitas dan korupsi terjadi di mana-mana, pertengkaran fisik dan perang antar suku berlangsung tiada putus-putusnya. Setelah hijrah, di mana nabi lalu memberi keteladanan bagaimana mengelola sebuah bangsa-negara dengan cara yang diajarkan Allah swt, apa yang terjadi? Perlu diingat bahwa nabi Muhammad saw hanya 10 tahun dalam memimpin negara Madinah, apa dampaknya? Dakwah Islam ternayata berhasil menyelamatkan kepercayaan manusia dari kepercayaan musyrik ke keimanan yang mengesakan tuhan sesuai Islam pada hampir seluruh penduduk di jasirah Arab. Islam menyebar dengan cepat di seluruh wilayah itu bahkan juga menjangkau di benua lain. Masyarakat yang berada dalam naungan kekuasaan negara Madinah yang dipimpin Rasulullah (mereka itu masyarakat yang plural, banyak yang non-muslim seperti yahudi, nasrani, dam lain-lain) berada dalam kondisi aman-makmur-sejahtera sebagaimana yang di cita-citakan umat manusia pada umumnya, seperti: kejahatan amat minimal, korupsi berhasil dibabat habis, kohesitas masyarakat amat kuat, saling tolong menolong, saling akrab-rukun-bersaudara satu sama lain, tidak ada lagi pertikaian sosial yang berarti apalagi bentuk perang antar suku dan kelompok sosial, pendidikan penduduk meningkat tajam, ekonomi penduduk terangkat secara merata, lingkungan hidup biofosik dan sosial amat baik, semua orang bisa hidup layak terhindar kemiskinan struktural dan ketimpangan ekonomi yang ekstrim, masyarakat secara ekonomi menjadi amat harmonis karena tidak ada pameran kekayaan- kemewahan di tengah kemiskinan, dan secara politis mereka di bawah birokrasi negara yang berisi figur-figur manusia yang beriman-bertaqwa secara benar dan nyata.

Demikianlah gambaran ringkas perubahan yang terjadi antara kondisi sebelum dan setelah nabi hijrah dari Mekah ke Madinah. Peristiwa hijrah itu ternyata membawa perubahan besar, bahkan amat besar, bukan hanya skala individu namun skala sosial kemasyarakatan secara luas. Kondisi politik, ekonomi, sosial, hukum, budaya, lingkungan, keamanan-ketertiban masyarakat berubah drastis ke arah tatanan dunia sosial baru yang membebaskan manusia dan masyarajat dari eksploitasi ekonomi, korupsi, kriminalitas, pathologi sosial, penjajahan, dan konflik fisik. Kondisi semacam itu sebenarnya yang kini sering diimpikan orang dan populer disebut sebagai negeri aman-makmur-sejahtera. Madinah yang sebelumnya adalah wilayah yang tidak dikenal dan tidak ada apa-apanya menjadi wilayah yang berkembang sebagai negeri adidaya yang Islami, mengganti kekaisaran Romawi dan Persia yang non_Islami. Dengan bukti seperti itu bukankah lalu peristiwa hijrahnya nabi tersebut menjadi amat layak untuk dijadikan penanda awal tahun baru Islam?

Kesimpulannya: Islam itu mengajari manusia untuk mengelola bukan hanya masalah pribadi seperti cara berfilsafat dan berfifikr, cara berritual seperti sembahyang menyembah tuhan, cara berkeluarga seperti hubungan suami-sistri dan orangtua-anak, namun Islam juga memberi tuntunan bagaimana MENGELOLA BANGSA-NEGARA agar negeri menjadi maju dan jaya, menyelamatkan masyarakat dari dekadensi di semua bidang kehidupan manusia, poleksosbudhankamling.

Mengapa umat Islam masih saja menganggap Islam hanya sekedar ajaran spiritual-ritual? Siapa yang rugi oleh pikiran sempit tentang Islam seperti itu? Siapa yang diuntungkan jika umat berfikiran Islam sekedar spiritual-ritual belaka?

Itulah makna esensial hijrahnya Rasulullah yang umat Islam tentunya wajib meneladaninya.

Indonesia, 1 Muharram 1431 H

0 comments:

Post a Comment